Inilah kenyataan yang dialami oleh
murid-murid Tuhan Yesus…..Dan hal ini jugalah yang menjadi satu pergumulan
berat bagi orang-orang yang ada dekat di sekitar Yesus. Mulai dari murid-murid
sampai pada orang banyak yang sudah lama mengikuti-Nya sebagai Tuhan, termasuk
saudara dan saya. Firman Tuhan berkata: “Hendaklah engkau setia sampai mati,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan!”
Namun, bagaimana dengan realitas
kehidupan kita tiap-tiap hari, dapatkah kita hidup setia seperti yang dikatakan
oleh firman Tuhan? Hidup setia bagaimana yang dimaksudkan oleh firman-Nya?
Dalam Matius 26:69-75, berisi suatu pengajaran yang penting tentang arti
kesetiaan hidup sebagai seorang murid yang percaya.
Bagian firman Tuhan ini berbicara
tentang penyangkalan seorang murid besar, yaitu Simon Petrus kepada Tuhan
Yesus, gurunya. Dia telah hidup cukup lama bersama-sama dengan Yesus, mengikuti
kemana pun Yesus pergi, bahkan siap mati untuk Yesus. Tetapi pada akhirnya, dia
menyangkali Yesus, dengan alasan bahwa ia tidak mengenal Yesus sama sekali.
Penyangkalan itu dikatakannya sampai tiga kali!
Namun, jika kita memperhatikan
konteks secara keseluruhannya dalam Alkitab, maka kita akan dapat melihat
urutan peristiwanya secara jelas. Jadi, setelah Yesus berdoa pada malam hari di
Getsemani. Lalu Yudas Iskariot pengkhianat itu membawa para musuh yang
besenjata lengkap untuk menangkap Yesus. Jika kita perhatikan dengan teliti
maka ada beberapa kelompok manusia yang menyaksikan dan mengikuti Yesus sebelum
Dia ditangkap, dan disalibkan, antara lain:
- Orang Yahudi, ahli taurat (Hanas & Kayafas: imam besar), dan orang Farisi: mereka adalah orang-orang yang tahu kebenaran dan firman Tuhan, tetapi mereka tidak percaya, bahkan memutarbalikkan semuanya.
- Orang kafir : Pilatus, Herodes; mereka diberi kesempatan juga untuk mengenal Tuhan, tetapi mereka sendiri tidak mau.
- Orang banyak : mereka mengikuti Yesus dengan motivasi yang tidak benar, mereka banyak yang meninggalkan Yesus ketika ada kesulitan hidup atau penderitaan langsung, mereka lari meninggalkan Tuhan.
- Yudas & Petrus, murid Yesus : orang yang dekat dengan Tuhan, tiap-tiap hari bersama dengan Tuhan, tetapi juga menyangkal Tuhan.
Bagaimana dengan kesetiaan kita kepada
Tuhan? Di depan orang kita bermulut manis, di depan hamba Tuhan kita kelihatan
rohani; tetapi saya mau katakan kita harus senantiasa mengoreksi kesetiaan kita
kepada Tuhan, apakah kita tetap dalam garis kesetiaan-Nya ataukah kita sudah
jauh dari hidup dalam kesetiaan! Kita jangan bermain-main dengan Tuhan, para
pendahulu kita yang lebih rohani pun (tokoh Kristen/teolog, hamba
Tuhan/pendeta, pelayan Tuhan/majelis/pengurus gereja), bisa gagal, demikian
juga dengan kita mempunyai potensi yang sama untuk bisa gagal. Banyak orang
yang senang bersandiwara, pada saat memuji dan menyembah Tuhan begitu
sungguh-sungguh, bahkan pada saat perjamuan kudus, menangis ingat karya Tuhan
Yesus, pada saat ibadah penuh dengan hadirat Tuhan. Tetapi setelah semuanya
selesai, semua juga selesai berlalu begitu saja! Anugerah Tuhan menjadi
murahan: kita berbuat dosa, dan minta ampun, kemudian buat dosa lagi minta
ampun lagi. Kalau demikian cara hidup kita, tidak ada bedanya dengan bangsa
Israel yang selalu berontak melawan Allah ketika keluar dari tanah perbudakan
menuju Tanah Perjanjian. Kita menjadi keras kepala, penuh persungutan, dan
ketidakpuasan dalam hidup kita. Untuk itu firman Tuhan menasihatkan kita dalam
Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena
apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Berhati-hatilah, mungkin
kita tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh hamba Tuhan, karena masih muda,
atau pun karena pernah gagal, bahkan mungkin sebaliknya, kita malah menceritakan
keburukannya di belakangnya, sehingga kita jatuh dalam dosa!
Kesetiaan kita terbatas, kita tidak
bisa hanya dengan bibir mulut kita saja mengatakan, “setia, setialah, setia
sampai mati,” tanpa menjalankan kesetiaan itu dalam kehidupan kita setiap saat.
Sebab arti kesetiaan tidak dapat dipisahkan dengan kata “percaya,” dan percaya
juga artinya kita taat tiap-tiap hari pada firman-Nya. Kalau kita memang
benar-benar sungguh-sungguh mengikut Tuhan, itu pasti jelas akan kelihatan dan
buahnya juga pasti akan nampak kepada orang lain. Sebab yang menilai diri kita,
bukan hanya diri kita sendiri tetapi orang lain dan yang paling penting adalah
Allah sendiri yang menilai kita dalam hidup keseharian kita. Tuhan mau kita
hidup setia. Setia pada firmanNya, mengandalkan Dia, dan selalu siap untuk
dikoreksi melalui firman Tuhan. Marilah kita terus setia tiap-tiap hari dalam
kehidupan kita sampai Kristus Datang Ke-2x dan mengatakan kepada kita
masing-masing: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah
setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota”
(Lukas 19:17) Tuhan Yesus memberkati!
No comments:
Post a Comment